Sosag IAIN Ambon dan AMGPM Gelar Seminar Sehari

Menggandeng Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM), Jurusan Sosiologi Agama (Sosag) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ambon mengadakan Seminar Sehari, dengan latar tema, 'Potensi dan Hambatan-hambatan dalam Dialog antar Agama', di Aula Lt III Gedung Rektorat IAIN Ambon, Rabu, (29/8/2018).

Seminar Sehari ini menghadirkan Ketua Jurusan Sosag IAIN Ambon, Dr. Abdul Manaf Tubaka, dan Ketua AMGPM, Elifas Maspaitella, sebagai narasumber, dengan peserta dari mahasiswa Sosag dan pengurus dan anggota AMGPM.
Wakil Rektor I, Dr. H Mohdar Yanlua, mewakili Rektor IAIN Ambon, dalam sambutannya menyampaikan penghargaan kepada Jurusan Sosag, yanag sudah melaksanakan Seminar Sehari, kerjasama dengan AMGPM. Tentu, kegiatan ini menjadi spirit bagi pembangunan antar umat beragama di Maluku. IAIN Ambon sebagai kampus Islam, tetap terbuka menerima semua komunitas dari berbagai latar agama, termasuk dari AMGPM. Sebab itu, menurut Mohdar, dalam dialog harus dimunculkan kesamaan-kesamaan, untuk menjadi bekal dalam menjaga hubungan yang sudah terbangun. Tentu, ketika ada perjumpaan dalam pelbedaan, maka tidak boleh dijadikan sebagai masalah, tapi harus menjadi konsep untuk sama-sama melihat keterbatasan dan kekurangan untuk dileburkan sehingga melahirkan konsep atau gagasan yang membangun kebersamaan tersebut.
Mohdar berharap, lewat seminar ini, akan lahir konsep kerjasama antara Sosag IAIN Ambon dengan AMGPM dalam berbagai kegiatan, untuk meningkatkan hubungan antar umat beragama di Maluku. Apalagi, saat ini Maluku menjadi kiblat untuk pendidikan perdamaian, terutama dengan lahirnya konsep kerukunan umat beragama di negeri para gandong dan pela ini.
Sementara itu, Kajur Sosag Fakultas Uswah IAIN Ambon, Dr. Abdul Manat Tubaka, menjelaskan, seminar ini diikuti oleh peserta dari mahasiswa Sosag, dan anggota maupun pengurus AMGPM. Seminar Sehari dimaksudkan untuk membangun kesadaran berpikir para peserta tentang kerukunan antar umat beragama. Di mana, kegiatan ini merupakan lanjutan dari yang sudah pernah dilakukan oleh jurusan di tahun lalu, yang mengimplikasikan keunikan sosiologi agama dari sosiologi agama yang ada di Indonesia yakni 'Sosiologi Agama Basudara'. Sebab itu, kerjasama dengan AMGPM dianggap sangat tepat, karena menghadirkan kelompok dari kedua agama yang berbeda. Sehingga, terciptalah pemahaman yang baik dalam dialog keberagamaan itu. "Kita ketahui, bahwa sudah ada banyak dialog yang tercipta. Namun, tidak serasa kita tidak menyadari, bahwa masyarakat masih berada di ruang segradasi antar agama itu, khususnya di Maluku. Maka lewat dialog-dialog seperti ini, kita berusaha untuk membuka sekat-sekat dimaksud." Misalnya, kata dia, masih adanya anggapan yang kurang baik antar satu sama lain dalam keberagamaan. "Meski sudah banyak dialog yang dilakukan dalam kontek membangun hubungan toleransi antar umat beragama, namun kita masih menjumpai adanya prasangka dalam perjumpaan yang masih kaku. Sehingga dari dialog ini akan dideteksi hambatan-hambatan apa saja yang terdapat dalam kelompok masyarakat tersebut," jelas Manaf.
Sebaliknya, menurut Ketua AMGPM, Elifas Maspaitella, bahwa dialog bukan doktrin sehingga orang tidak dapat membandingkan sesuatu pendapat antar agama di dalamnya. Tentu, justru lewat dialog itulah, akan lahir pandangan dari berbagai latar ilmu dalam mengkonsepkan sebuah pemikiran untuk mencapai tujuan dari terbangunnya kerukunan antar umat beragama tersebut. Tentu, akui dia, berbeda kalau yang disampaikan adalah doktrin. Karena, kelompok masyarakat yang terjebak dalam perspektif agama, adalah kelompok masyarakat yang rutin aktif dalam kajian doktrin. Ketika sudah masuk ke ranah doktrin, maka tentu arah dan pandangannya akan tertuju pada satu komunitas atau kelompok tertentu saja. Sehingga itu, hadirnya dialog untuk membuka cakrawala berpikir dari doktrin tersebut, menjadi ruang keterbukaan untuk melahirkan kepercayaan satu sama lainnya dalam perbedaan.
Sementara Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Dr. A. Mujaddid Naya, memberikan apresiasi terhadap seminar keberagaman yang dilakukan Jurusan Sosag ini. Ia berharap, agar jurusan lainnya juga dapat melakukan gebrakan dengan membuat kegiatan-kegiatan serupa, atau dalam rangka meningkatkan pengetahuan tambahan kepada para mahasiswa. Karena, kalau hanya mengharapkan dialog pada sesi kuliah saja, maka tentu, pengetahuan mahasiswa akan terkonsep pada satu pandangan saja. Sebab itu, dibutuhkan adanya kreatifitas dari semua pimpinan jurusan, untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya membangun nalar berpikir dan membangkitkan potensi skill mahasiswa. (***)

Dilihat: 3278